Kamis, 13 Desember 2012

SEJARAH

“ ASAL MULA NAMA DESA CIBANTEN “



     Desa Cibanten adalah salah satu Desa di Kecamatan Cijulang Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat.
Letak geograpisnya adalah dataran sedang, mengapa saya katakana dataran sedang , karena ; pantai bukan, tapi tidak jauh dari pantai laut, pegunungan juga tidak, sekitar kurang lebih 50 km ketinggiannya dari permukaan laut.
Kondisi tanahnya berbukit-bukit ada lembah, ngarai, padang datar dsb. Tanahnya sangat subur, curah hujan cukup dan udaranya sejuk, maka baik unntuk lahan pertanian, perkebunan, palawija serta pertanian sawah (padi ).
Sebelah barat  berbatasan dengan desa Ciakar Kecamatan Cijulang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukajaya Kecamatan Cimerak, Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cimindi Kecamatan Cigugur, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kertayasa Kecamatan Cijulang.
Jarak dari Ibu Kota Kecamatan Cijulang sekitar 12 Km, Saya adalah penduduk asli Desa Cibanten yang lahir tepatnya Tgl. 4 Nopember 1960. saya atau penulis pernah bertanya-tanya kepada orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama dan banyak mengadakan analisa  Serta pengamatan dari apa yang memreka ceritakan, jadi saya punya prinsip atau boleh dikatakan setiap nama suatu tempat atau daerah mungkin atau pasti ada ceritanya, ada sejarahnya, walaupun sejarah tersebut hanyalah cerita dari mulut ke mulut tapi dari sekian banyak orang tua terdahulu semua bilang begitu yang pada perinsipnya sama.
Konon ceritanya , mari kita tengok ke belakang, beberapa ratus tahun yang lalu.
menurut sejarah ( IPS Kls V  bse ). Dan perlu kita maklumi serta perlu kita adari , bahwa Negara kita  adalah sebuah Negara yang beriklim tropis dan menurut letaknya bahwa Negara kita berada diantara dua buah Benua yaitu Australia dan Benua Erofa serta berada diantara dua buah Samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasipik, dengan posisi seperti itu maka tanah di Negara Indonesia sangat subur dan sangat baik untuk pertanian, karena itu  matoritas penduduk Indonesia adalah bermata pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam. Dengan bertani atau berladang baik di palawija ataupun di hutan banyak menghasilkan Rempah-rempah yang sangat disukai oleh orang-orang dari erofa atau bangsa kulit putih.
Rempah-rempah yaitu suatu hasil  tanaman atau pertanian baik berupa buah-buahan dan atau ubi-ubian yang kalu dimakan atau diminum dapat menghangatkan tubuh, seperti : Cabe, Merica, Pala, Bawang putih, Laos Jahe ,Pedas serta hasil perkebunannya seperti Cengkih, Kopi, Kelapa dan sebagainya, nah barang – barang seperti itu sangat disukai dan disenangi oleh orang kulit putih yang didaerahnya sangat jarang ditemukan.
Mulanya bangsa Erofa  yaitu Bangsa Fortugis dating ke Indonesia untuk berdagang dan atau menukarkan barang dari mereka dengan rempah-rempah tadi, lama kelamaan ingin menguasai perdagangan tsb. Maka jatuhlah Selat Malaka ke tangan Fortugis yaitu tahun 1511,  sampai ke bagian selatan Negara Indonesia yaitu daerah Nusa Tenggara  maka pada tahun 1512 Maluku juga jatuh dan dikuasai oleh Bangsa Fortugis,
kemudian datang juga bangsa Eropa lain seperti Inggri, Prancis dan akhirnya Bangsa Belanda.
Bangsa Belanda datang ke Indonesia dengan naik perahu pada tahun 1598,  dan mendarat di Teluk Banten atau Pelabuhan Banten ( Desa/Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang ( sekarang ) di Bawah Pimpinan Cornelis de Houtmand , yang pada waktu itu Banten merupakan sebuah Kesultanan yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin  putra Sunan Gunungjati dari Kesultanan Cirebon yang diutus oleh Sultan untuk menaklukan Kerajaan Banten yang pada waktu itu berbentuk Kerajaan dengan Rajanya Pucuk Umun - ( Buku Sejarah Banten ),  dan masyarakatnya masih menganut paham kepercayaan, setelah Raja dan tentaranya kalah oleh Hasanudin mereka pindah dan Bermukim di Banten selatan yaitu daerah / Desa Cikertawana, Kab.Pandeglang dan Kab. Lebak., maka berkuasalah  Sultan Hasanudin tsb.
     Setelah kedatangan Bangsa Belanda dengan politik Adu Dombanya maka Sultan hasanudin pun dibuat tak berdaya artinya Kesultanan Banten pun bubar berantakan hanyalah tinggal puing-puing belaka, penulis pernah bertugas selama kurang lebih  enam tahun sejak diangkat menjadi Guru/PNS TMT 1 April 1982 s/d 1988. dan pernah berjiarah ke makam serta melihat dari dekat bekas kesultanan Banten.
Sebelum Sutnan Hasanudin kalah oleh Belanda, karena tentara Belanda bersenjata lengkap dan otomatis, Beliau memanggil beberap orang santrinya yang sudah mapan dalam ilmu agama Islam, dan mengutus beberapa santri tadi untuk pergi merantau kesebelah selatan Jawa Barat, seperti Cipatujah, Pamijahan, Cijulang dan ada salah seorang utusan yang sampai ke Daerah kami ( Cibanten sekarang ), Beliau adalah Syekh Akhmad, dengan Gelar Jayasangara dan Sembah Boled.
     Mengapa mereka diutus oleh Sultan Hasanudin, tiada lain adalah untuk menyelamatkan Umat atau warga sebelum dimasuki paham/agama Nasrani dan paham lain yang dibawa oleh Penjajah bangsa Belanda tadi. Sungguh mulya tugas itu….
Menurut cerita orang tua dan tokoh Agama di daerah kami, sebelum berangkat  Syekh Ahmad sempat menyiduk air dengan se ruas bamboo dari Kali(Sungai) Banten, Kali Banten adalah sebuah sungai yang mengalir dari ulu dan melewati Kota Kabupaten Serang. Air itu dibawanya dan setelah tiba di daerah kami, lalu bambu yang berisi air itu
Walaupun airnya tinggal sedikit sisa minum di perjalanan ditancabkan didaerah yang gersang ( sangar ), seketika itu tanah didaearah sekitar itu menjadi subur , pohon bambu
pun tumbuh subur, dan Jadilah Mata Air yang belum pernah surut dan menjadi Sumur sampai sekarang. Itulah Gelar yang Beliau dapatkan  tanah yang tadinya gersang/sangar menjadi subur, Jaya Sangara artinya Jaya di tempat sangar(gersang), Dan Sejak itulah Desa kami Bernama Cibanten, artinya : Cai(air) dari  Banten, kemudian Syeh Ahmad juga bersama santrinya menanam singkong, boled(lobak), saking besarnya lobak tsb. Dan berwarna kehitam-hitaman mungkin karena tanahnya subur sampai digonggongi anjing (agak lucu juga disini), tapi itulah cerita maka beliau mendapat gelar Sembah Boled,
Dalam menyebarkan Ajaran Agama Islam Beliau dibantu oleh beberapa orang diantaranya, istri yang sudah mapan dengan ilmu agamanya, bernama Siti Nuriyah, Beliau mempunyai gelar Naga Bali, mungkin karena kesaktinnya.
Dan alhamdulillah sampai sekarang ajaran agama yang dibawa oleh Para Waliyullah tadi
Melekat sampai sekarang.
Dan makam Beliau sekarang berada di Desa Cibanten Kecamatan Cijulang Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Tiap waktu banyak orang berjiarah ke Makam terutama setelah Hari Raya Idul Fitri.
Semoga perjuangan Beliau mendapat balasan dari Allah SWT…. amin…
Dan tulisan ini mungkin atau pasti banyak kekurangan karena penulis hanya mendapat informasi dari beberapa orang tua dan tokoh agama, adapun kesalahan baik nama tokoh dan atau kisah / sejarah , itu bukan suatu unsur kesengajaan, tapi benar-benar penulis yang tahu hanya sebatas hasil wawancara, ngadongeng.
Untuk itu penulis minta ma’af yang sebesar besarnya kepada berbagai pihak terutama Pemerintah Desa Cibanten ,  Kepada Para Tokoh Agama Islam serta Pengurus Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) Desa Cibanten.

2 komentar: